memang kenapa kalau aku berjilbab? (1)

"memang kenapa kalau aku berjilbab?"
Nino memukul-mukul kepalanya pakai buku. entah kenapa ia kembali teringat kalimat itu, padahal kalimat itu mestinya sudah ia lupakan karena kalimat itu sudah terucap beberapa bulan yang lalu.
Nino menerawang jauh ke belakang mengingat kejadian yang terjadi 3 bulan yang lalu. dan tiba-tiba pandangannya kosong.
Nino memandang Syifa yang tengah menangis dengan pandangan -yang bisa dikatakan- benci dan marah. matanya mengkilat menandakan emosinya sudah sampai puncaknya. sedangkan Syifa di depannya cuma duduk sesenggukan menangis.
Nino berusaha menarik jilbab Syifa dengan paksa. Syifa cepat tanggap, ia segera menghalangi tangan kasar Nino yang sedang berusaha menarik jilbabnya.
"lepas atau kau ku tampar." ancam Nino.
tapi Syifa tak bergeming. semakin di ancam, semakin erat pula ia memegangi jilbabnya yang sudah tampak menceng dari kepalanya.
lama tak digubris, Nino semakin emosi. akhirnya ia membabi buta hendak melepas jilbab Syifa.
memang, segala niat buruk selalu gagal. saat Nino secara paksa menarik tangan Syifa, Nino terjatuh lantaran di tendang Syifa. tak mau menunggu terlalu lama, Syifa segera berlari ke pojok ruangan dan telungkup menangis. sesekali ia membetulkan letak jilbabnya.
Nino berjalan menghampiri Syifa yang menggigil ketakutan di pojok. di pandanginya muka Syifa yg sebenarnya tidak kelihatan karena tertutup tangannya. Nino mengangkat dagu Syifa degan telunjuknya. Syifa masih menangis, tapi tak sehisteris tadi.
Syifa tdk berani menatap mata Nino karena ia tau, menatap matanya samasaja mencari masalah.
"lepas atau tidak."
Syifa diam, tapi kepalanya sedikit bergeleng.
"LEPAS ATAU TIDAK!!" habis sudah kesabaran Nino. ia menendang kaleng di sebelah kanan Syifa yang membuat Syifa kaget.
saat Nino memandangnya, entah kekuatan darimana, Syifa dengan penuh keberanian menatap mata Nino yg berkilat-kilat marah.
"kenapa, No? kenapa? KENAPA?!"
Nino terkejut.
Syifa kembali menyeka airmatanya. sekarang ia berdiri menatap tajam Nino. ia memegang ujung jilbabnya masih dengan airmata yg mengalir. "jadi karena ini kau menjadi gila seperti ini? heh? jujur saja, Nino. sebenarnya kau malu, kan, punya pacar berjilbab sepertiku? kau takut kalau pamormu jatuh. kau takut pasaranmu turun karena aku berjilbab. dan kau takut malu karena kau, sang ketua geng motor, punya pacar berjilbab dan tertutup sepertiku. iya, kan? jawab!!"
kali ini gantian Syifa yg marah. cukup sudah harga dirinya terinjak-injak tadi. ia marah karena ia tidak terima Nino memandang rendah wanita berjilbab.
Syifa terjatuh duduk di lantai. kedua telapak tangannya menutupi mukanya yg menangis.
"memang kenapa kalau aku berjilbab."
hening. tak ada jawaban dari Nino.
"memang kenapa kalau aku berjilbab, No? salah ya?"
Nino speechless. jujur, ia nggak suka kalau Syifa memakai jilbab, tp ia tdk tau apa penyebabnya. ia sekarang duduk memandang Syifa dengan tatapan kosong. tak tahu harus berbuat apa.
"hoy! ngelamun aja. ngelamunin apa, sih?"
Nino kaget. Jo, sahabatnya, menepuk keras bahunya.
"Syifa," jawabnya kalem.
Jo geleng-geleng kepala melihat Nino. "udah deh, No. lupain aja dulu. sekarang pikirin tuh ujian. minggu depan kita UAN, men."
"tapii...."
tiba-tiba ada segerombol anak perempuan masuk ke kelas Nino. gerombolan itu bergosip ria. tiba-tiba seorang cewek nyeletuk, "kasian deh, Syifa. putus dari Nino, dapet si Ilham. tau nggak siih, si Ilham kayak apa?? lebih parah dari Nino lagi.."
deg. jantung Nino rasanya berhenti berdetak. ia segera pergi keluar. mencari Syifa.
Jo cuma bisa geleng-geleng kepala melihat ulah sahabatnya.
-bersambung-

2 komentar: